Fi’il Mudhari’ Majzum oleh Amil Jawazim: LAA Nahi, LAM Amar, Huruf Syarat (IN, IDZMA), Isim Syarat (MAN, MA, MAHMA, AYYUN, MATA, AYYANA, AINA, HAITSUMA, ANNAA) لا لام إن من ما مهما أي متى أيان أين إذما حيثما أنى » Alfiyah Bait 696-697
عوامل الجزم
Amil-amil Jazemبِلَا وَلَامٍ طَالِباً ضَعْ جَزْمَا ¤ فِي الْفِعلِ هكَذَا بِلَمْ وَلَمَّا
Posisikan Jazem pada Fi’il Mudhari’ sebagai Tholab sebab dimasuki LAA (Nahi) atau Lam (Amar). Demikian juga jazem sebab LAM (Nafi) dan LAMMAA (Nafi)وَاجْزِمْ بِإنْ وَمَنْ وَمَا وَمَهْمَا ¤ أيٍّ مَتَى أيَّانَ أيْنَ إذْ مَا
Juga Jazemkan! (pada dua Fi’il) sebab IN, MAN, MAA, MAHMAA, AYYUN, MATAA, AYYAANA, AINA, IDZMAA,…وَحَيْثُمَا أنَّى وَحَرْفٌ إذْ مَا ¤ كَإِنْ وَبَاقِي الأَدَوَاتِ أَسْمَا
HAITSUMAA dan ANNAA. Adapun IDZMAA berupa Kalimah Huruf (Huruf Syarat) seperti halnya IN. Sedangkan Amil Jazem/Adawat Syarat sisanya (selain “Idzmaa” dan “In”) berupa Kalimah Isim (Isim Syarat).
Pada Bab sebelumnya diterangkan bahwa Fi’il Mudhari mempunyai tiga I’rob ROFA, NASHAB dan JAZEM. Mengenai keterangan Rofa’ dan Nashabnya telah dibahas pada Bab I’rob Fi’il. Selanjutnya pada Bab Amil-amil jazem disini akan membahas mengenai Fi’il Mudhari’ Jazem/Majzum.
Nazham Bab ini sebenarnya bagian atau Fasal dari Bab sebelumnya, karena masih tergolong dari pembahasan Bab I’rob Fi’il. Dibuatkan Bab khusus oleh Mushannif dikarenakan panjangnya pembahasannya.
Amil Jazm terbagi dua:
1. Menjazemkan satu fi’il
2. Menjazemkan dua fi’il
Amil Jazem pada satu Fi’il ada 5 :1. Tholab
Sebagai jawab dari AMAR/NAHI sebagaimana telah dijelaskan pada Bab Irob Fi’il sebelumnya, tepatnya pada Bait ke 689-690.
2. لا LAA Tholabiyah.
Disebut LAA Nahiy, apabila diucapkan dari yg lebih tinggi kepada yg lebih rendah derajatnya, contoh dalam Al-Qur’an :
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Yaa
bunayya LAA TUSYRIK billaahi innasy-syirka lazhulmun ‘azhiim = “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS.
Luqman 13).
Disebut LAA Du’a, apabila diucapkan dari yg lebih rendah kepada yg lebih tinggi, contoh dalam Al-Qur’an :
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
Robbanaa
LAA TU’AAKHIDZNAA in nasiinaa aw akhtho’naa = “Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.
Disebut LAA Iltimas, jika diucapkan pada sesamanya, contoh ucapan seseorang pada teman sejawatnya :لا تتأخر في الحضور
LAA TATA’AKHKHOR fil-hudhuuri = Jangan terlambat hadir!
3. لـ Lam Tholab
Ababila diucapkan dari yg lebih tinggi kepada yg lebih renda derajatnya maka disebut Amar, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ
LI YUNFIQ dzuu sa’atin min sa’atihi = Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. (QS Ath-Thalaq 7)
Ababila diucapkan dari yg lebih rendah kepada yg lebih tinggi derajatnya maka disebut Du’a, contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ
Wa naadaw yaa maalik LI YAQDHI ‘alainaa robbuka = Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.”
Ababila diucapkan pada sesamanya maka dinamakan Iltimas, contoh ucapan seseorang pada teman sejawatnya :
لتأخذْ هذا الكتاب
LI TA’KHUDZ hadzal kitaaba = Ambillah kitab ini.
Perlu diketahui bahwa harkat Lam Tholab adalah kasroh (LI). Dan jika jatuh sesudah Fa’ atau Wawu maka yg banyak diharkati Sukun, contoh :
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
FALYASTAJIIBUU
lii WALYU’MINUUNII bii = maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku (QS. Al-baqarah
186).
Dan terkadang diharkati Sukun jika jatuh sesudah TSUMMA, contoh :
Comments
Post a Comment