Syawahid Syair harakat Nun Jamak Mudzakkar Salim dan Mutsanna » Penjelasan Alfiyah Bait 39-40
وَنُوْنَ مَجْمُوْعٍ وَمَا بِهِ الْتَحَقْ ¤ فَافْــتَحْ وَقَــلَّ مَنْ بِكَــسْرِهِ نَطَــقْ
Fathah-kanlah…! terhadap Nun-nya Jamak Mudzakkar Salim berikut Isim yang mulhaq kepadanya. Ada sedikit orang Arab yang berucap dengan meng-kasrahkannya.وَنُوْنُ مَا ثُنِّيَ وَالْمُلْحَقِ بِهْ ¤ بِعَـــكْسِ ذَاكَ اسْتَعْمَلُوْهُ فَانْتَبِهْ
Adapun Nun-nya Isim yang di-tatsniyah-kan berikut mulhaqnya, mereka (orang Arab) mengamalakannya dengan kebalikan Jamak mudzakkar salim (yakni, Nun Tatsniyah lebih banyak diamalkan dengan harakat kasrah) maka perhatikanlah…!
Huruf Nun (ن) yang ada pada akhir kalimah
isim Jama’ Mudzakkar Salim, yang masyhur diucapkan dengan harakat Fathah
untuk semua keadaan i’rabnya. Demikian juga di-harakat fathah, untuk
Nun yang ada pada isim mulhaq jamak mudzakkar salim. Tidaklah maksud
pengharkatan huruf Nun ini sebagai tanda i’rab, melainkan ia di-i’rab
dengan huruf.
Ditemukan juga pada sebagian orang Arab (secara Syadz) meng-kasrahkan
Huruf Nun setelah Ya’ (yakni, ketika keadaan Nashab dan Jar) pada
Jama’ Mudzakkar salim dan Mulhaq-nya. Sebagaimana termaktub dalam
Syawahid Syair :Syair Bahar Wafir oleh Jarir Bin ‘Athiyyah seorang penyair dari Bani Tamim (28 – 110 H. / 648 – 827 M.) :
عَرَفْنَا جَعْفَراً وَبَني أبِيهِ ¤ وَأَنْكَرْنَا زَعَانِفَ آخَرِينِ
Kami kenal baik dengan Ja’far dan putra-putra dari ayahnya (Bani Abi Ja’far) …
dan kami mengingkari terhadap Zi’nifah-zi’nifah (bagian kolompok pengikut) yang lain.
dan kami mengingkari terhadap Zi’nifah-zi’nifah (bagian kolompok pengikut) yang lain.
* Lafadz آخَرِيْنِ huruf Nun dikasrahkan
bersamaan ia adalah Jamak Mudzakkar Salim. Nashab menjadi sifat bagi
isim maf’ul زَعَانِفَ.
Juga Syair bahar Wafir oleh Penyair Suhaim bin Wusail Ar-Riyyahi (40 SH. – 60 H. / 583 – 680 M.)أَكُلَّ الدَّهْرِ حِلٌّ وارْتِحَالٌ ¤ أَمَا يُبْقِيْ عَلَيَّ وَلاَ يَقِيْنِي
apakah tetap berlangsung pada setiap masa … berdiam dan pergi ….
tidakkah masa membiarkanku menetap… dan memastikanku…. ???
tidakkah masa membiarkanku menetap… dan memastikanku…. ???
وَمَاذَا تَبْتَغِي الشُّعَرَاءُ مِنِّي ¤ وَقَدْ جَاوَزْتُ حَدَّ الأَرْبَعِيْنِ
ooo…gerangan apa… mereka para penyair akan memperdayaiku ….
sungguh masa ini telah aku lewati selama kurun masa empat puluh tahun ….
sungguh masa ini telah aku lewati selama kurun masa empat puluh tahun ….
* Lafadz الأَرْبَعِيْنِ huruf Nun dikasrahkan bersamaan ia adalah Isim Mulhaq Jamak Mudzakkar Salim majrur menjadi mudhaf ilaih.
Tidaklah kasrah pada Nun jamak salim dan mulhaqnya tersebut merupakan
logat arab, ikhtilaf bagi mereka yang berdalih sepert itu. Adapun Huruf
Nun pada Isim Mutsanna dan Mulhaq-mulhaqnya, yang masyhur di-harkati
kasrah, sedangkan diharkati Fathah adalah merupakan logat bagi sebagian
orang arab. sebagaimana contoh syawahid syair :
Syair dalam Bahar Thawil oleh Shahabah Nabi Humaid bin Tsaur Al-Hilaliy ra. (? – 30 H. / ? – 650 M.)
عَلَى أَحْوَذِيَّيْنَ اسْتَقَلَّتْ عَشِيَّةً ¤ فَمَا هِيَ إِلاَّ لَمْحَةٌ وَتَغِيْبُ
dengan kelincahan kedua sayapnya (si burung Qutthah) terbang melesat pada senja hari…
tidaklah penglihatan ini melainkan hanya sekilas kemudian ia menghilang…
tidaklah penglihatan ini melainkan hanya sekilas kemudian ia menghilang…
* Lafadz أَحْوَذِيَّيْنَ huruf Nun difathahkan bersamaan dengan Ya’ tanda jar dari Isim Mutsanna yang di-jarkan oleh huruf jar.
Bait Alfiyah di atas bukanlah maksud menghukumi jarang penggunaan
harkah Kasrah untuk Nun Jamak Mudzakkar Salim dan Harakat Fathah untuk
Nun Isim Mutsanna. Tetapi maksudnya (sebagaimana dalam kitab syarah
kafiyah as-syafiyah oleh beliau) Harakat Kasrah nun Jama’ Mudzakkar adalah Syadz, sedangkan Harakat Fathah Isim Mutsanna adalah sebagaian Logat. Dalam hal ini terdapat dua Qaul:
1. Fathah untuk Nun Mutsanna ketika bersama dengan Ya’, atau
2. Fathah untuk Nun Mutsanna yang bersama Alif. Dzahirnya perkataan Mushannif adalah untuk Qaul yang kedua, yakni Fathah Nun Mutsanna ketika bersama dengan Alif.
Contoh penggunaan Nun yang difathahkan dalam Syawahid Syair dari seseorang:
أَعْرِفُ مِنْهَا الْجِيْدَ وَالْعَيْنَانَا … وَمَنْخِرَيْنِ أَشْبَهَا ظَبْيَانَا
Aku mengenalinya…. lehernya….. kedua matanya…..
dan kedua lubang hidung tempat ingusnya… menyerupai hidung si Dzabyan….
dan kedua lubang hidung tempat ingusnya… menyerupai hidung si Dzabyan….
* Lafadz الْعَيْنَانَا huruf
Nun difathahkan bersamaan dengan tetapnya Alif bagi sebagian logat Arab
pada Isim Mutsanna yg dinashabkan karena athaf pada isim manshub.
Status syair diatas ada yang mengatakan mashnu’ (bukan dari
bangsa arab), tidaklah 100% bisa dijadikan sebagai syahid syair.
diceritakan oleh Ibnu Hisyam bahwa kesubhatan status Syair diatas, yaitu
terkumpulnya dua logat dalam satu bait, menetapkan Alif
lafazh tatsniyah ketika nashab (الْعَيْنَانَا) dan lafadz lain
menggunakan Ya’ pada (مَنْخِرَيْنِ ). sedangkan imam Sibawaihi dalam kitabnya mengatakan bahwa periwayatan syair diatas adalah Tsiqah dapat dipercaya.
Comments
Post a Comment